Ekonom senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto menilai strategi "double striker" dari sisi moneter

Ekonom senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto menilai strategi "double striker" dari sisi moneter

Selasa, 28 Januari 2025



 Ekonom senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto menilai strategi "double striker" dari sisi moneter oleh bank sentral dan fiskal oleh pemerintah sudah berjalan efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. Hal ini terlihat dari kebijakan Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuan BI-rate pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI beberapa waktu lalu.

Menurutnya, kebijakan moneter dari BI dengan stance dovish memberikan ruang bagi sektor keuangan untuk bernafas lega, sekaligus meningkatkan konsumsi rumah tangga sebagai tulang punggung ekonomi nasional.

Di sisi lain, kebijakan fiskal pemerintah juga memberikan relaksasi yang berperan dalam menahan perlambatan ekonomi. Ryan menyebutkan, pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani berkomitmen untuk menerapkan kebijakan fiskal yang bersifat counter-cyclical demi menjaga stabilitas ekonomi di tengah tantangan global.

"Pada saat ekonomi domestik mengalami tanda-tanda perlambatan, pemerintah hadir dengan kebijakan fiskal yang mendorong agar ekonomi tidak semakin jeblok," kata Ryan Kiryanto dalam program Investor Market Opening, Senin (27/1/2025).

Salah satu langkah nyata kebijakan fiskal adalah relaksasi rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% ke 12%. Kenaikan tarif tersebut hanya berlaku untuk barang dan jasa mewah, sehingga tidak membebani masyarakat secara luas.

Ryan menambahkan, indikasi perbaikan ekonomi juga terlihat dari angka purchasing manager index (PMI) yang sebelumnya berada di zona kontraksi, kini telah kembali ke level di atas 50 atau ekspansi.

Ryan menegaskan, strategi "double striker" harus terus dijaga agar berkesinambungan. Konsumsi rumah tangga, yang menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi nasional, harus dipertahankan di atas pertumbuhan 5% per tahun.