Sejumlah kapal perang Amerika Serikat (AS) yang sedang menjalankan misi antinarkoba di Laut Karibia terpaksa berpindah posisi -->

Sejumlah kapal perang Amerika Serikat (AS) yang sedang menjalankan misi antinarkoba di Laut Karibia terpaksa berpindah posisi

Rabu, 29 Oktober 2025

 Sejumlah kapal perang Amerika Serikat (AS) yang sedang menjalankan misi antinarkoba di Laut Karibia terpaksa berpindah posisi untuk menghindari Badai Melissa, badai kategori 5 dengan kecepatan angin mencapai 280 km/jam.



“Angkatan Laut AS mengambil keputusan berdasarkan data dan prakiraan cuaca terkini. Keselamatan personel dan keluarga mereka adalah prioritas utama kami,” ujar seorang pejabat Angkatan Laut AS, Senin (27/10/2025).Pejabat itu menjelaskan, beberapa kapal harus dipindahkan dari jalur badai, meski tidak menyebutkan nama maupun jumlah kapal. “Badai Melissa tidak akan berdampak signifikan terhadap operasi di wilayah tersebut. Sebagian besar dari delapan kapal perang yang dikerahkan berada di luar jalur badai,” tambahnya.

Melissa diklasifikasikan sebagai badai Kategori 5, level tertinggi pada skala klasifikasi badai AS. Dengan kecepatan angin berkelanjutan sekitar 280 km/jam, Melissa menjadi badai terkuat di dunia sejak awal tahun 2025.

Para pengamat menilai, tingkat kerusakan badai ini tinggi karena pergerakannya sangat lambat, hanya sekitar 5 km/jam atau kurang, sehingga area yang dilaluinya akan terpapar angin dan hujan ekstrem lebih lama.

AS diketahui mengerahkan Kelompok Serangan Amfibi Iwo Jima di Laut Karibia bagian selatan. Gugus ini mencakup lebih dari 4.500 pelaut dan marinir yang bertugas di kapal serbu amfibi USS Iwo Jima, serta dua kapal transportasi amfibi, USS San Antonio dan USS Fort Lauderdale.

Kapal perang lain yang beroperasi di kawasan itu meliputi USS Jason Dunham, USS Stockdale, USS Gravely, USS Lake Erie, dan USS Wichita. Meski tidak menyebutkan lokasi pasti kapal-kapal tersebut, USS Gravely diketahui berlabuh di Trinidad dan Tobago pada 26 Oktober untuk persiapan latihan gabungan yang berlangsung hingga 30 Oktober.

Selain itu, Korps Marinir AS juga mengerahkan 10 pesawat tempur siluman F-35B ke Puerto Riko guna mendukung operasi laut.

Pasukan AS dilaporkan telah melakukan 10 penggerebekan terhadap kapal yang diduga membawa narkoba di perairan Karibia, lepas pantai Venezuela, dan Samudra Pasifik. Operasi tersebut menewaskan sedikitnya 43 orang. Namun, Washington belum merilis bukti bahwa target mereka benar-benar merupakan jaringan perdagangan narkoba.

Kampanye militer ini memicu kekhawatiran bahwa AS memiliki agenda politik untuk melemahkan atau menggulingkan pemerintahan Presiden Venezuela Nicolas Maduro.

Presiden Nicolas Maduro menilai peningkatan aktivitas militer AS di Karibia sebagai “ancaman terbesar bagi Venezuela dalam 100 tahun terakhir.” Ia menegaskan bahwa negaranya siap menghadapi “perjuangan bersenjata” untuk mempertahankan kedaulatan nasional, serta memerintahkan mobilisasi pasukan reguler dan cadangan.

Ketegangan meningkat dalam sepekan terakhir setelah Pentagon menarik gugus tugas kapal induk USS Gerald R Ford dari Eropa untuk dikerahkan ke Karibia. Sebagai respons, Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino mengumumkan latihan pertahanan pesisir besar-besaran guna menghadapi potensi ancaman militer dari AS.