Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, masyarakat kini menghadapi jenis ancaman baru yang semakin sulit dikenali. -->

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, masyarakat kini menghadapi jenis ancaman baru yang semakin sulit dikenali.

Selasa, 18 November 2025

 Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, masyarakat kini menghadapi jenis ancaman baru yang semakin sulit dikenali. Banyak penipuan online yang kini menggunakan deepfake berbasis artificial intelligence (AI), hingga masking online.



Fenomena ini semakin marak dalam beberapa tahun terakhir. Pelaku scam tidak lagi sekadar mengirim pesan palsu, tetapi mampu menyamar sebagai tokoh publik, atasan di kantor, hingga anggota keluarga untuk memancing rasa percaya korban. Modusnya pun beragam, mulai dari permintaan transfer dana mendesak, investasi bodong berkedok figur terkenal, hingga manipulasi video panggilan yang tampak nyata.

Seperti pengalaman Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono. Namanya pernah dicatut oleh pelaku scam untuk meminta uang kepada korban. Pelaku berpura-pura sebagai bupati Banyumas yang ingin menjual mobil dan meminta uang muka atau down payment (DP) kepada korbannya. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, masyarakat kini menghadapi jenis ancaman baru yang semakin sulit dikenali. Banyak penipuan online yang kini menggunakan deepfake berbasis artificial intelligence (AI), hingga masking online.

Fenomena ini semakin marak dalam beberapa tahun terakhir. Pelaku scam tidak lagi sekadar mengirim pesan palsu, tetapi mampu menyamar sebagai tokoh publik, atasan di kantor, hingga anggota keluarga untuk memancing rasa percaya korban. Modusnya pun beragam, mulai dari permintaan transfer dana mendesak, investasi bodong berkedok figur terkenal, hingga manipulasi video panggilan yang tampak nyata.

Seperti pengalaman Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono. Namanya pernah dicatut oleh pelaku scam untuk meminta uang kepada korban. Pelaku berpura-pura sebagai bupati Banyumas yang ingin menjual mobil dan meminta uang muka atau down payment (DP) kepada korbannya.Selama periode itu, IASC menerima 343.402 laporan penipuan, dengan 563.558 rekening terindikasi terlibat dalam aktivitas scam. Dari jumlah tersebut, 106.222 rekening berhasil diblokir, sementara dana yang berhasil diamankan mencapai Rp 386,5 miliar. Peningkatan laporan ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin rentan terhadap berbagai modus penipuan, termasuk kejahatan yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan.Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Friderica Widyasari Dewi, menegaskan, peningkatan literasi serta kewaspadaan masyarakat menjadi langkah utama dalam mencegah maraknya penipuan digital atau scam online.

Pada Agustus 2025, OJK bersama Satgas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal (Satgas PASTI) telah meluncurkan kampanye nasional berantas scam dan aktivitas keuangan ilegal.

Menurut Friderica, kampanye nasional anti-scam ini berfokus pada tiga hal penting. Pertama, membangun kolaborasi lintas sektor antara regulator, industri jasa keuangan, pemerintah, dan media. Kedua, memperkuat edukasi dan pemahaman masyarakat sebagai lapisan perlindungan pertama. Ketiga, mendorong partisipasi aktif masyarakat agar kampanye anti-scam benar-benar menjadi gerakan bersama.Untuk mencegah jatuhnya korban baru, OJK menekankan tiga langkah utama:

  1. Verifikasi setiap informasi. Apabila ada permintaan yang mencurigakan terkait uang atau data pribadi, pastikan dengan menghubungi pihak terkait melalui saluran resmi lainnya.
  2. Lindungi data pribadi. Jangan membagikan informasi sensitif kepada pihak yang identitasnya tidak bisa dipastikan.
  3. Waspadai suara atau video yang tidak wajar. Perbedaan intonasi, gerak bibir yang tidak sinkron, atau ekspresi yang terlihat aneh bisa menjadi indikasi rekayasa AI.