Interpol berhasil menyelamatkan tiga wanita Thailand yang menjadi korban perdagangan manusia di Georgia

Interpol berhasil menyelamatkan tiga wanita Thailand yang menjadi korban perdagangan manusia di Georgia

Rabu, 05 Februari 2025

  



Interpol berhasil menyelamatkan tiga wanita Thailand yang menjadi korban perdagangan manusia di Georgia, dengan dipaksa untuk menyumbangkan sel telur mereka. Praktik ilegal yang disebut peternakan telur manusia ini dikelola geng kriminal di Georgia.

Ketiga korban tersebut dipulangkan pada akhir Januari 2025 setelah pejabat diplomatik Thailand meminta bantuan Interpol.

Menurut Pavena Hongsakula, pendiri Pavena Foundation for Women and Children, penyelamatan ini bermula dari informasi yang diperoleh dari seorang wanita Thailand yang sebelumnya menjadi korban. Wanita tersebut dibebaskan pada September 2024 setelah membayar uang tebusan lebih dari US$ 2.000 (sekitar Rp 32 juta) kepada geng kriminal yang menahannya. 

Ia mengungkapkan bahwa masih banyak warga Thailand lain yang terjebak dalam praktik perdagangan sel telur di Georgia.

Salah seorang korban yang diselamatkan mengungkapkan bahwa ia awalnya tertarik pada tawaran pekerjaan sebagai ibu pengganti untuk pasangan tidak subur di Georgia, dengan iming-iming bayaran antara US$ 12.000 (sekitar Rp 196 juta) hingga US$ 18.000 (sekitar Rp 294 juta). Perekrutnya mengeklaim bahwa pekerjaan tersebut sah di Georgia, bahkan mereka membiayai paspor dan tiket perjalanannya. 

Pada Agustus 2024, korban bersama 10 wanita lainnya berangkat ke Georgia di bawah pengawasan seorang wanita Thailand yang diyakini sebagai anggota geng kriminal.

Sesampainya di sana, mereka dibawa ke sebuah kompleks yang terdiri dari empat bangunan besar. Korban menyatakan bahwa setidaknya ada 100 wanita Thailand lainnya di tempat tersebut. Mereka diberikan suntikan hormon untuk merangsang ovulasi, dibius, dan sel telurnya diambil setiap bulan tanpa kompensasi apa pun. 

Sel telur ini diduga diselundupkan ke berbagai negara untuk keperluan fertilisasi in vitro. Prosedur medis ini biasa dilakukan untuk membantu pasien yang mengalami kesulitan kesuburan. Prosedur ini dilakukan dengan menyatukan sel telur dan sperma di laboratorium untuk menghasilkan embrio. 

Embrio yang dihasilkan kemudian ditanamkan ke dalam rahim pasien.

Polisi Thailand kini tengah memperluas penyelidikan dan berencana untuk berkoordinasi lebih lanjut dengan Interpol guna melakukan operasi penyelamatan lainnya. Berdasarkan data dari Pavena Foundation, sepanjang tahun 2024 terdapat 257 warga Thailand yang menjadi korban perdagangan manusia, dengan 204 orang di antaranya ditemukan di luar negeri. Dari jumlah tersebut, yayasan telah membantu menyelamatkan 152 korban.

Sementara itu, banyak perusahaan di Georgia yang mengiklankan layanan mereka sebagai perantara surrogasi dengan mengeklaim bahwa praktik tersebut legal. Namun, pemerintah Georgia kini tengah mengembangkan kerangka hukum untuk melarang praktik perdagangan sel telur tersebut.